Malam Rabu tahun 2012 lalu dan lupa bulannya, saya menikmati pertunjukan wayang kulit di balai desa. Dalam pertunjukan wayang tersebut menceritakan tentang tanah Jawa. Cerita yang diambil dari Serat Panitih Sastra. Singkat cerita, dalam cerita tersebut membagi zaman di tanah Jawa menjadi empat zaman besar. Pertama, zaman Kretayuga. Zaman ini merupakan zaman yang penuh keindahan alam semesta, kerap terjadi kegaduhan karena suatu kejadian, banyak manusia yang menjadi dewa dan dewa mengejawentah menjadi manusia.
Kedua, zaman Tirtayuga. Di
zaman ini, tanah Jawa mengalami perubahan bumi, pulau-pulau pecah menjadi
kecil-kecil, banyak kejadian yang tidak pada tempatnya, banyak orang menitis
dan banyak kejadian yang elok. Ketiga, zaman Dwaparayuga. Di zaman ketiga ini terjadi perang besar dewi Drupati.
Keempat, zaman Kaliyuga.
Di zaman ini tanah Jawa diceritakan terjadi hujan tidak pada tempatnya, sungai
berpindah arusnya dan semua orang memegang teguh pendiriannya sehingga tidak
menguntungkan. Yang paling penting adalah banyak orang kaya, semua orang
pintar, pendeta tunduk pada orang kaya, dan kelompok pendeta pun tenggelam. Raja menjadi
melarat akhlaknya . Anak berani pada orang tua. Penguasa menerima uang dari orang kaya, akibatnya tidak mungkin
menegakkan keadilan. tanah Jawa mengalami kerusakan.
Saat mendengarkan cerita tersebut saya sangat terkejut, apa maksud
dari pembagian zaman tersebut di tanah Jawa? Pertanyaan tersebut saya urungkan
untuk diberikan kepada Ki Dalang. Sebab, saya tidak melihat Ki Dalang pergi
dari panggung pertunjukan karena terhalang penikmat wayang yang cukup banyak.
Indonesia = Tanah Jawa
Ketika menghubungkan cerita wayang tersebut dengan Indonesia sangat
cocok. Tetapi, kenapa cerita wayang tersebut hanya menceritakan tanah Jawa,
tidak langsung menyebut tanah Indonesia?
Melihat kenyataan Indonesia, sesungguhnya negeri ini dimiliki oleh
orang Jawa saja. Ini bisa terlihat dari pusat pemerintahan ada di tanah Jawa.
Pusat perekonomian Indonesia ada di tanah Jawa. Ukuran pendidikan, diukur dari
orang-orang Jawa. Aduh orang Jawa berkuasa!
Sedangkan orang di luar tanah Jawa hanya mendapatkan percikan
pembangun, pertumbuhan ekonomi dan pendidikan dari tanah Jawa. Lihat saja,
saudara se-Tanah Air di ujung timur, mereka nyaris tak tersentuh oleh tangan
pemerintahan. Mereka juga sama-sama tercatat sebagai warga negara Indonesia dan
tinggal di wilayah NKRI. Tapi haknya tidak sama dengan orang Jawa.
Ah, analisis yang mengada-ada. kayaknya nggak cius banget.
Indonesia di zaman mana?
Bila kita mendengar crita yang dibawakan oleh KI
Dalang, sesungguhnya mencritakan Tanah Indonesia. bilah
hari ini memang benar, maka menjadi
pertanyaan tentang crita tersebut adalah zaman manakah yang cocok untuk
Indonesia sekarang ini?
Sebelum melihat Indonesia di zaman mana dalam cerita tersebut, lebih
baik melihat realitas yang ada. misalnya, sekarang banyak penguasa pemerintahan
yang di kuasai orang kaya. Ini terlihat dari suap Sapi impor yang menyeret
petinggi Parpol tertentu. Hal ini memperlihatkan pemegang kuasa negeri ini sudah ada diatur oleh orang-orang kaya. Atau,
kasus menghebohkan tentang suap menyuap tentang Hambalang, yang menyeret
petinggi pemerintahan dan partai politik yang sedang berkuasa. Hingga, Bapak
Presiden sibuk mengurusi partainya, melupakan rakyatnya yang butuh makan dan
pendidikan.
Itu diranah politik, bagaimana kondisi alamnya? Sekarang ini hujan
yang sulit diprediksi, banjir di mana-mana, kekeringan merajalela atau tanah
longsor mengancam warga. Dan, pengerusakkan alam-alam di mana-mana tanpa ditunjang dengan perbaikan
alam.
Yang lebih mengerikan bukan hanya alamnya saja, tetapi tingkah lakui manusia pada
manusia itu sendiri. Ini terlihat banyaknya pembunuhan –orang tua membunuh anaknya atau anak yang
membunuh orang tuanya. Lihat saja baru-baru ini, pembunuhan dan mutilasi
seorang suami terhadap istrinya. Atau, yang lebih mengerikan adalah tingkahlaku para ulama
agama yang tunduk pada orang kaya atau politik yang berkuasa.
Aduh, Indonesia!
Melihat kenyataan yang ada di Indonesia, maka Indonesia berada di
zaman Kaliyuga. Zamannya orang kaya
yang berkuasa dan orang miskin ditiadakan. Itukan cerita orang Jawa tentang
Indonesia. Kenyataannya, Indonesia tidak milik orang Jawa saja, ada Sumatra,
Kalimantan, Sulawesi dan Papua maka berceritalah semau kita tentang Indonesia.
Ketika Indonesia bukan miliki orang Jawa, maka jangan menyebut
Indonesia di zaman Kaliyuga, tetapi
menyebut Indonesia di zaman “Edan”. Karena Edan bukan miliki orang Jawa, tetapi
milik kita bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar