Senin, 22 April 2013

puisi ketiga

Valentine

14 camar pucat
hinggap
di gelombang yang beku

muara membisu.
bunga-bunga pada rindu
surya pun menipu

pagi ini tak ada cokelat
atau bunga merah muda

di Roma
kaisar Claudius tertawa
melihat gelombang tak bersuara

dengan bangga
Valentine
membisikkan gelombang
dan muara
tentang kasih dan cinta

hari ini tak ada cokelat
atau bunga merah muda

kudengar gelombang
menghantam Claudius
hingga dunia tidak menyapa

Valentine dengan bangga
menyebut gelombang
dan muara adalah cinta

                                    Jogjakarta, 2013

NewYogkarta

bulan telah menggores
setelah senja pergi

neon-neon NewYogkarta
mengusirnya
hingga pantai Sudan

maka dari Malioboro
ia lari hingga Keraton
mengikuti andong
ketika pengamen
memainkan  orkes

orangorang insomnia
orangorang kakilima
kembali ke Tugu Sebelas Maret

“bulan adalah gelandangan
pengamen yang riang menggores
tugu Sebelas Maret”

anakanak terbangun
bertanya pada rembulan
 “Bu apa yang dilakukan oleh mereka
yang satu riang, yang satunya tenggelam”

di ujung gang kegelapan
mencari mutiara tanpa senja

                                    Jogjakarta, 2013

Sepanjang jalan Malioboro

remang senja melumuri kota tua

lampu-lampu kuning langsat
menyempurnakan usianya

sepanjang jalan Malioboro itu
seperti kaki-kaki mengayuh becak

cahaya menyelimuti trotoar
memanjati dinding-dinding termakan usia

lalu melebur di kaki-kaki
pekerja dan penikmat cahaya

;Jogja tampak sempurna
dalam balutan warna dan irama

                                    Jogjakarta, 2013

pemakaman

pada tanah merah itu
kulihat kembali wajahmu
mataku belum buta
kau pergi ke samudra

apa  yang berharga dari tanah itu
selain imajinasi?
suatu senja, aku
dan kau bernyanyi

                                    Jogjakarta, 2013

pemakaman 2

orangorang berkacamata hitam
pergi tanpa jabat tangan
atau senyuman

“tunggu !” teriak tanpa nada
“Semua anjing! kau paksa aku sampai sini
kau tinggalkan aku dan bau anyir”

ia membuka tali. lalu membuka lemari
melihat diri berbalut kain mori
di sampingnya malaikat Mungkar Nakir
ia pun menyengir

ia lari kebirit menghindari tanya
terlanjur palu menghantam kepala

                                    Jogjakarta, 2013

Untuk-mu dan Untuk-ku

udara
api
tanah
air
menumbuhkan
dan
menghancurkan

untuk-mu
untuk-ku
mengarungi
di bawah
payung pelangi

membawa
akukamu
ke alamat
tanpa tujuan

Jogjakarta,2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar